Senin, 01 Agustus 2011

Gado-gado day

Hari Rabu, tanggal 15 Juni 2011 lalu,  rasanya pingin marah. Rasanya kecewa. Rasanya sebel. Rasanya pingin teriak sekencang-kencangnya. Tapi aku sadar. Aku berada di rumah. Tak mungkin berteriak-teriak seenaknya. Kanan kiri ada tetangga. Ntar dikirain ada penggebukan. Hahaha. Pas lagi nulis ini pun, terdengar ada suara anak bayi tetangga belakang rumah nangis meraung-raung. Nah lhoooo. Kalo aku ikutan nangis, sama aja kayak bayi dong ya. NO! Udah gede juga akunya. Mending nangisnya biasa aja. Nangis dewasa, wkwkwk.
Entah kenapa. Hari ini rasanya berantakan tidak sesuai rencana. Unplanning lah! Berantakan. Arrrrgggggh. Huks T.T. Seharusnya hari ini ngurus surat ijin penelitian ke Kepatihan, nuker duit yang sobek di BI dan ke perpus. Tapi apalah daya. Kita yang merencanakan. Allah SWT lah yang memutuskan. Dan aku harus bisa mengambil hikmah dari semua ini. Alhamdulillah, ada satu rencana yang well done. Ambil surat di rektorat.
Kenapa sih ya, tiap berantakan gini. Suasana hati langsung berubah. Yang biasanya cuek bebek kalo segala sesuatunya berantakan. Dan kini jadi uring-uringan dan memperdulikannya?!?! Hummm.. dan tiap uring-uringan karena segala sesuatunya gak beres. Si kedua adikku malah cuek bebek gak peduli! Padahal ini karena kelakuan mereka yang gak beres. Nyebelin banget gak sih. errrrr. Dari minjem barang gak ijin di kamar trus gak dibalikin lagi. Yang satunya minjem tali sepatu yang sepatu sebelah juga gak dibalikin pula. Padahal itu sepatu satu-satunya juga. Pas ditanyain, juga malah diem gak jawab. Siapa coba yang gak kesel. Pake kata-kata halus, mereka juga gak ngerti. Eh mereka malah ngatain aku seenaknya. Sebeeeeeeeeellll! Keseeeeeeel!! Nyebeliiiiiin!!! Kurang sabar apa coba?!?! T.T nangis deh akhirnya di kamar. Dasar cengeeeeng nih. Huhuks.
Ya Allah. Apa gini ya kalo kita udah memutuskan untuk berubah menjadi dewasa dalam segala hal. Belajar untuk memberi apapun yang kita miliki dengan ikhlas. Belajar menghadapi hidup. Cobaan untuk membuktikan bahwa kita bisa berubah pun begitu berat dan berganti-ganti. Pembuktian kalo kita sabar, dewasa, dan bermanfaat untuk orang lain. Memang benar sih. Kalo yang namanya mengharap sesuatu dari orang lain itu banyak kecewanya apalagi kalo tak sesuai harapan. Tak dapat dipungkiri dan tak munafik, terkadang aku masih suka khilaf. Memberi dengan masih mengharap balasan. Astagfirullah. Padahal sudah jelas diajarkan dalam agama bahwa kita tidak diperbolehkan memberi kepada orang lain dengan harapan mendapat balasan dari orang tersebut. Bakalan sering sakit hati dan kecewanya. Naudzubillahi min dzalik. Astagfirullah. Jadi teringat pengajian pekanan bersama Bu Rahmi beberapa bulan yang lalu. 
Intinya adalah “Kalo kita sudah memutuskan untuk memberi apapun kepada orang lain. Maka niatkan semua itu hanya pada Allah SWT. Jangan mengharap balasan yang sama atau lebih dari orang tersebut. Karena nilai ikhlas dan niat memberi karena Allah SWT tersebut akan hilang. Mengharaplah balasan pahala dari Allah SWT. Karena Dia-lah penggenggam seluruh alam semesta ini.” Alhamdulillah, aku masih diingatkan untuk tetap berada pada jalan-Nya. Insya Allah menjadi lebih baik..
Bismillah…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Waiting for your comment, guys! Thankyou so much :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...