Senin, 31 Oktober 2011

“Apanya yang sobek jeeeng?”


Sabtu ini aku ingin sekali sms sahabat terdekatku, hanya sekedar menanyakan kabar. Karena tak biasanya kami tak bersmsan. Meskipun kami hanya sekedar sms tidak penting ataupun membahas sesuatu. Dan kali ini pun perasaan hatiku terasa tidak enak (entah hanya perasaan biasa atau lebay, hehe). Tapi emang sih, rasanya ada sesuatu yang terjadi padanya, entah itu apa.
Ku ketik lah pesan singkat yang berisi bertanya kabar. Hingga akhirnya dia membalas pesan singkatku yang intinya adalah kalau adiknya yang bernama Arka bukan Raka hari Selasa sore masuk rumah sakit. Dan sampai di situ aku menangkap kabar kalau si Arka sedang sakit dan opname di rumah sakit. Nah pada kalimat kedua, sahabat yang setiap harinya kami panggil neng lilis ini memberitahukan bahwa kemarin Jumat sudah dioperasi karena mengalami usus buntu. Dan pada Sabtu sore ini sudah dapat menikmati hidangan kembali. Entah karena di sms neng lilis tanda bacanya kurang beraturan atau susunan kalimat yang ambigu. Membaca sampai kalimat kedua ini, aku sontak kaget dan panic. Hah?!?! Neng lilis operasi usus buntu? Kok gak ngabarin ya, pikirku saat itu. Lalu aku pun bertanya dimana si neng di opname. Pikiran kacau dan segera ingin menjenguk pun berkecamuk menyeruak dalam otak. Hingga akhirnya aku meminta maaf pada neng karena belom bisa nengokin. Hanya doa yang bisa kupanjatkan untuk neng lilis, begitu inti pesan singkatku dan mengakhiri percakapan kami sore itu.
Hari Senin ceria pun kembali hadir dengan disambut hujan rintik-rintik membasahi pekaranganku. Ku raih handphone dan mulai ku ketik sebuah pesan singkat untuk sahabatku tadi. Ku tawarkan diri agar aku saja yang mengambil foto studio kami yang seharusnya sudah diambil hari Sabtu lalu. Dan tak lupa aku mengirim pesan singkat ke sahabat-sahabat yang lain untuk berencana menengok neng lilis di rumah keesokan harinya. Sent. Semua sms yang ku kirim untuk sahabat-sahabatku tadi terkirim dengan suksesnya.
Dan beberapa menit kemudian, neng lilis pun menjawab sms. Tapi apa sodara-sodara jawaban dari neng lilis???!?! Siang nanti dia bersama pacarnya akan mengambil foto-foto itu dan pergi mencari agen bis. What?!?! Kok bisa-bisanya setelah operasi usus buntu yang notabene baru 2 hari yang lalu, eh malah udah mau jalan-jalan aja. Sontak aku kaget dan mengirim pesan singkat yang berisikan setengah menasehati neng lilis.
Aku : “Kok udah jalan-jalan aja sih neeeng? Ati-ati ntar sobek lhoh.”
Beberapa menit kemudian, balasan dari neng lilis pun datang, “Apanya yang sobek jeeeng?”
Aku : “Jahitan usus buntunya dong neng.”
Lalu neng lilis pun membalas lagi. “Hah? Yang operasi usus buntu itu adek jeeeng, hehe :D.”
Aku yang membaca sms balasan di atas pun mendadak memerah malu tak percaya. “Hah? Jadi yang operasi usus buntu itu sebenernya adek atau neng?” Aku pun mengirim pesan singkat lagi untuk memastikan kebenarannya.
“Iyaaa jeeeng. Yang operasi itu adek. Ini udah di rumah kok.”
Hahaha.. hehehe.. akakaka.. benar-benar malu sodara-sodara. Sms pun sudah terlanjur basah terkirim dan mereka bertanya kabar, haha. Pada saat itu rasanya aku ingin sekali menggantungkan diri di bawah pohon lombok atau mengumpet di bawah meja. Benar-benar malu setengah hidup, awkward. Hanya dapat bersiap siaga dan berjaga-jaga untuk keesokan hari. Sandal-sandal banyak yang berterbangan ke arah ku. Baiklah, akan ku siapkan wajan untuk menangkisnya, haha. 
korban salah pasien aka neng lilis :p dan saya

Minggu, 23 Oktober 2011

Rindu Tak Berujung

just ilustrasi. foto pribadi.

Malam ini aku merindu
Merindu tak berujung
Merindu tak bernafas
Merindu tak berwujud

Ku biarkan rindu ini mengabur
Tapi rasa ini semakin tebal
Ingin ku dekap
Namun rindu ini enggan menyapih

Galau…
Sanubariku menggalau
Jiwaku yang kosong,
Seakan teraih cinta
Meski semu tapi terasa nyata
Meski ku tak tau ‘siapa’ dan ‘apa’
Benar-benar ku rindukan sosok nyata itu

 Yogyakarta, 21 Oktober 2011 di tengah kesunyian malam

Sabtu, 15 Oktober 2011

Mimpiku Berawal dari Kamu

waktu aku balita, hehe
Sejak kecil aku selalu belajar bermimpi. Meskipun pada saat itu umurku sudah 9 tahun. Sudah terlambat bermimpi atau pas waktunya? Yang jelas pada saat itu mimpiku dimulai. Salah satu mimpi yang ku ingat dan sudah tertanam sejak kecil adalah bermimpi untuk dapat berkuliah di universitas negeri yang sekarang sedang ku perjuangkan untuk segera lulus.
Ya! Ketika sepulang sekolah, orangtuaku selalu melewatkan ku tepat di depan gerbang sebuah kampus megah yang mungkin merupakan idaman setiap orang, kampus biru. Walaupun pada saat itu aku tak tau bahwa kampus yang menjadi mimpiku adalah kampus ternama di Yogyakarta dan salah satu universitas berkualitas di Indonesia (nyombong nih, kagak maksud loh, hihihi ;D).
Masih ingat betul apa yang ku katakan kepada bapak ibuku sewaktu masa kecil dulu, “Buk, Pak, besok kalu aku sudah besar, aku pingin banget kuliah di kampus itu.” ucapku polos tanpa mengetahui lebih dalam mengenai kata ‘kampus’. Memang sih, ketika kami melewati kampus yang sekarang menjadi tempatku menimba ilmu, bapak ibuk tak lupa mengenalkan bahwa itu adalah kampus bagus. Dan lagi-lagi kata ‘bagus’ tak aku mengerti pada saat seusiaku itu.
Hingga akhirnya, aku sekarang sudah berumur 22 tahun, benar-benar senang bukan main. Berarti mimpiku ketika jaman kecil terkabul. Dan seperti sudah terpatri dalam diri bahwa mimpi itu suatu saat pasti akan menjadi kenyataan dan secara tidak langsung pula tindakan kita pun akan mengarah pada pencapaian mimpi itu sambil tak lupa berdoa, berusaha, dan berserah diri pada Maha Kuasa.
Salah satu mimpi besarku setelah aku berhasil lolos di universitas negeri adalah aku ingin sekali melanjutkan study ke luar negeri. Yang mana aku dapat menimba ilmu baru, memperoleh pengalaman dan wawasan yang lebih global serta teman baru. Mimpiku ini mungkin dibilang terlalu besar untuk seorang kaum papa seperti keluargaku. Tapi entah mengapa, keyakinan dalam diriku ini begitu kuat bahwa aku pasti dapat meraih dan mewujudkan mimpiku itu dengan kemampuan yang aku miliki.
Oya, mimpiku untuk study ke luar negeri ini tidak datang tanpa sebab. Mimpi ku ini berawal dari ‘kamu’.
Di tahun 2008, tepat di bulan Maret, aku mengenal sesosok laki-laki biasa yang usianya jauh lebih tua 5 tahun dariku. Aku bertemu dengannya di sebuah komunitas pencinta lingkungan di Yogyakarta. Aku biasa memanggilnya dengan sebutan mas. Jujur, pertama kali melihat sosoknya aku sempat terpesona pada paras tampannya. Hingga lambat laun mengenalnya meski belum seutuhnya, membuatku semakin terpikat pada keteguhannya dalam memegang prinsip dan pengalamannya menjelajah luasnya negeri yang semakin membuatku bermimpi untuk dapat keliling dunia dengan misi mulia seperti dirinya. Benar-benar panutan sejati (ngakak nulisnya, hihi :D). Sesekali mendengar dia bercerita tentang pengalamannya tinggal di luar negeri semakin membuatku tertantang untuk menjajalnya.
Sudah 3 tahun lebih aku telah mengenal sosoknya. Pribadi yang menyenangkan dan penuh dengan idealisme. Sosok yang sangat begitu mencintai lingkungan dan peduli terhadap bumi serta isu global lainnya. Seminar demi seminar dia selalu menjadi pembicara. Terbang ke luar negeri untuk menghadiri konferensi sudah menjadi santapannya. Benar-benar the lucky person. Bisa keliling dunia dengan misi positif untuk mengubah dunia (Ini kayaknya lebai deh ya, hehehe ;p). 
Mungkin sebagian orang menyangka aku telah jatuh cinta padanya. Tapi tidak, tenang saja, aku tidak jatuh cinta pada dirinya. Namun, aku telah jatuh cinta pada keteguhan dan semangat idealismenya yang dia junjung dalam mengobarkan tentang cinta lingkungan. Itu saja! Dan berawal dari dirinya yang begitu sering terbang ke luar negeri untuk urusan study dan kepentingan lainnya. Secara tak langsung, di dalam diriku terpatri dan ingin seperti dirinya. Someday, mimpiku untuk belajar ke luar negeri dapat terwujud. Minimal jalan-jalan deh ya :D Amin amin ya Rabbal Alamin.

Meet new people from the other country and share about new thing. Yeah! Aku pasti bisa! I can do it! Just fighting and face it! Bismillah..

Minggu, 02 Oktober 2011

Si Guru Kecil yang Hebat

            Seringkali terlihat segerombolan semut mengerubungi sesuatu. Entah mengerubungi makanan, hewan lain yang sudah mati atau potongan kuku sekali pun. Asal kita tahu, hal itu tak dilakukannya seorang diri melainkan bergerombol bersama kawanan semut lainnya. Bahasa orang Indonesia yaitu gotong royong.
Pernah suatu ketika di sore hari yang cerah. Saya duduk di teras rumah untuk memotong kuku kaki dan kuku tangan yang sudah panjang bak drakula (wew?!?!). Satu jari demi satu jari saya potongi satu persatu. Dan ketika hendak memotong kuku jari terakhir (jari kelingking), tiba-tiba saja ada seorang semut datang menghampiri kuku-kuku jari maupun kaki saya yang berserahkan di lantai. Kalau saya perhatikan, sepertinya dia sedang mengendus-endus potongan jari-jari tersebut (sebegitu baukah kaki saya? Hihihi), sebelum akhirnya mereka memanggil kawan-kawannya dan mengangkutnya. Setelah selesai melakukan pengendusan. Si semut yang seorang diri tadi, tiba-tiba saja menghilang entah kemana (buset dah! Masih keturunan jin kali ya). Dan beberapa menit kemudian, satu gerombolan semut pun datang dengan berbondong-bondong seraya menuju ‘kota kuku’ itu.
Manajemen organisasi dalam dunia persemutan pun benar-benar oke. Pasalnya dari banyaknya semut yang berada di TKP (gak sempet ngitung). Mereka dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari tiga sampai dengan empat semut dengan karakter dan fisik yang berbeda-beda itu. Dari semut kecil hingga semut sedang dan semut besar. Dan setelah pembagian kelompok selesai. Para semut pun mulai menjalankan tugasnya masing-masing bersama tim yang sudah dibentuk, dengan komunikasi ala bahasa semut tentunya.
Beberapa menit kemudian, nampak terlihat kelompok satu sudah berjalan dengan kuku berada di atas tubuh semut yang kecil namun kuat itu. Keisengan saya pun tiba-tiba muncul. Kuku yang siap diangkut oleh gerombolan semut saya pindah letaknya menjadi jauh, hehehe. Tapi ternyata semut begitu cerdas booook! Eike kalah cerdasnya sama semut, hihihi. Kuku yang jaraknya menjadi jauh pun mereka tinggalkan dan mereka menghampiri kuku yang lebih dekat dahulu. Dan berangkat! Meskipun perlahan, tapi mereka pasti. Alon-alon waton kelakon seperti pepatah Jawa itu. Pelan-pelan yang penting pasti dan selamat dengan tujuan yang sudah ditetapkan.
Sebenarnya banyak sekali pelajaran yang dapat diambil dari si guru kecil kita ini. Dari makna gotong royong, kebersamaan, manajemen organisasi dan pentingnya komunikasi. Dari semut yang notabene ukuran tubuhnya jauh berlipat-lipat lebih kecil dari manusia ini, setiap orang bebas mengambil pelajaran dari sudut pandang manapun. 

Demikian kisah si gerombolan semut yang diamati dengan seksama dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Belajar itu tak melulu dari manusia saja lhoh! Dari hewan pun kita dapat pelajaran ^_^

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...