Minggu, 28 Desember 2014

Bahagia itu Tiga Jam

Bahagia itu sederhana.
Ngobrol via telpon yang isi obrolannya itu random dari yang penting, nggak penting sampe sekedar ngebahas lagu anak-anak yang lagi ngehits. Apa aja bisa jadi obrolan.
.
Bahagia itu absurd.
Ngobrol random yang nggak melulu harus pakai teori dan harus kelihatan menonjol terlihat pandai di depan lawan bicara. Yang penting jadi diri sendiri dan nggak membosankan.
.
Bahagia itu konyol.
Masing-masing saling mengisi obrolan dengan menyanyi bergantian. Meskipun suara tak seindah milik Sherina dan yang ada justru datar dan fals. Hahaha. Tapi yang penting bahagia.
.
Bahagia itu jayus.
Ngobrol via telpon yang ada beberapa jeda waktu bukannya diem bingung mau ngomong apa. Tapi yang ada malah ketawaan nggak jelas cekikikan yang hanya masing-masing dari kita yang tahu maknanya ataupun menertawai masing-masing dari kita yang jayus atau say silly thing.
.
Bahagia itu ya sesederhana itu.
Tanpa perlu bermuka dua.
Tanpa perlu menjadi oranglain.
Tanpa perlu menjaga image supaya terlihat sempurna.
Dan tanpa perlu ada batas serta sekat triplek.
Bahagia itu cukup ketika random dan absurs menjadi tema obrolan
.
.

Good nite ❤
Jangan lupa istirahat ya!  ����

Jumat, 26 Desember 2014

UP to you

Ketika kamu sedang membatin ataupun memikirkan seseorang di dalam hati maupun pikiran, lalu tiba-tiba dia muncul begitu saja di sebuah telepon.
.
Apakah itu suatu kebetulan belaka?
Kebetulan memang dia ingin menelpon atau kebetulan saja pas aku lagi membatin dan dia datang menelpon.
.
Atau semua itu sudah rencana Tuhan?
Tapi untuk apa Tuhan merencanakan semua ini?
.
Sudahlah..
Mungkin hanya Tuhan saja yang tahu..
Rumput pun juga begitu, ketika ditanya hal yang sama dia hanya bergoyang..
.
Ahaa! Atau sebuah piring terbang datang mendarat di belakang rumahnya. Dan tiba-tiba dia teringat padaku yang gembul ini..
Ah sudahlah..
.
.
Mari kita melanjutkan menonton film UP.
*better watching film UP than being ndembik, awkward*
.
.
Nite ❤

Kamis, 25 Desember 2014

Gigiku Gigi Sehat.

Petang hari (23/12/14). Di sebuah klinik gigi di daerah Jalan Diponegoro, Samarinda. Smile Dental Care. Dan disela-sela diotak atik ini gigi. Aku melontarkan beberapa pertanyaan.
"Dok, pasta gigi yang cocok buat gigi saya ini apa ya?"
"Kalau itu tergantung iman dan kepercayaan masing-masing," jawab si dokter setengah tertawa tapi nanggung. Bisa dijamin, beberapa kata terakhir pada pertanyaanku tidak begitu terdengar.
"Yah, dokter mah," aku menghela nafas sambil melirik dokter yang keturunan China itu. Berharap si dokter gigi bisa menjawab dan memberi solusi gigiku ini.
"Tapi ya kalau gigi sensitif mending pakai pasta gigi yang untuk gigi sensitif," kata dokter kembali membuka suara.
Kayaknya dia sadar, kalau jawaban pertama tidak memenuhi kualifikasi sebuah pertanyaan.
"Oh gitu ya, dok." Ini dokter berkacamata bener-bener pun jadi dokter netral. Bikin gemes. Padahal kan pasta gigi untuk gigi sensitif banyaaaak bingips yang ada di pasaran, doook. Ada yang p*psodent, s*nsodyne, and so on.
Karena aku enggan bertanya lagi dan dapat dipastikan jawabannya datar ((lagi)). Aku pun memilih diam dan menikmati si gigi diapa-apa in sama dr. Krisdiyanto, dokter yang ternyata dokter spesialis konservasi gigi yang notabene detail banget, pembersih dan irit ngomong *mungkin dokter lagi sakit gigi. Dokter gigi juga boleh dong sakit gigi.*
Pantes aja, gigiku masih harus melewati 5 step lagi. Dan memang sepertinya bagus kinerja bapak dokter ini.
*Duh Gusti, paringono rejeki berlimpah. Amin*

Bye-bye December. Nice to Meet You..

Aku masih belum bisa terima dengan pensil ajaib milik Mu, Tuhan.
"Kenapa Tuhan, harus seperti ini?"
.
Sebelum pengumuman datang, aku selalu berdoa untuk diajarkan belajar ikhlas dan legowo ketika memang harus pergi ke ujung daerah itu dan menerima takdirmu, menua di sana and so on.
Namun pada akhirnya, Engkau justru sebaliknya. Engkau berhasil membuatku belajar ikhlas dan legowo tapi untuk menerima kenyataan bahwa aku belum beruntung. Dan itu nyaris sekali. -sebenarnya ini yang membuatku sedikit kecewa, Tuhan. Kenapa Engkau buat nyaris?-
.
Oke Tuhan, mungkin itu tak apa-apa bagiku, insya Allah. Because to be honest, aku justru bahagia, hamdallah. Karena aku bisa pulang ke rumah. Start from zero again.
"Tapi untuk bapak ibuk, Tuhan?" Aku tahu pasti mereka kecewa karena anak pertamanya sangat diharapkan untuk lolos jadi abdi negara belum berhasil.
"Tegakah Engkau, Tuhan, padaku?" Aku belum mengabari mereka karena aku tak tega mendengar kekecewaan.
.
Dear bapak ibuk,
"Bukan kah engkau tahu, bahwa pada awalnya dan memang dari dulu aku sangat tidak ingin mendaftar?" -karena beberapa alasan yang hanya diriku sendiri yang tahu-
Hingga sampai pada akhirnya aku harus mencari hingga ke hati yang terdalam -hal apa- yang membuatku untuk tetap mendaftar, meskipun hati kecilku berontak dan setelah kontrak selesai aku ingin pulang. Membangun mimpi di kota kecil nan nyaman, Yogyakarta.
Tapi yasudah, tak ada salahnya mencoba -karena sejatinya kita berencana namun Tuhan yang menentukan, right?- dan membahagiakan orangtua -merupakan ibadah, right?- :)

Dan Tuhan memang maha penyayang melebihi apapun dan siapapun. Tuhan pun lebih mengetahui mana yang terbaik dan bukan untuk hamba Nya.
I do believe :)
Thanks God, You safe my life ({})
.
.
Semoga setelah datangnya kesedihan dan kekecewaan ini, Tuhan menggantinya dengan sejuta bahkan tak terhingga kebahagiaan, kegembiraan dan kejutan indah lainnya. Amin.
Aku percaya, Tuhan pasti menggantinya dengan sesuatu yang memang lebih baik,lebih berkah dan terbaik untuk ku di awal tahun 2015. Amin.
.
.
Terimakasih Desember.
Untuk airmata yang mengalir hampir disetiap harinya. Untuk kerasnya proses pendewasaan diri di kehidupan ini. Dan untuk pelajaran berharga lainnya.
Terimakasih Allah SWT.
Untuk semua cinta, kasih, dan sayang yang Engkau berikan untukku sehingga aku mampu bertahan hingga detik ini.
Dan terimakasih Allah SWT untuk penutup tahun 2014 yang mungkin bagi Tuhan ini awesome and nice December.
Namun aku yakin, insya Allah akan datang kebahagiaan di awal tahun 2015. Amin.
.
.
GOOD MORNING TO THE NOON :))

Rabu, 24 Desember 2014

Analogi Kita. Antara aku, kamu dan gigi.

Rasa sakitnya nggak terasa sakit dan ngilu. *efek tambalan sementara dan obat anti sakit* Tapi denyutannya itu kenceng banget, nyut nyut nyut, kayak detakan jantung yang berdetak cepat sewaktu kita bertemu di taman depan beberapa tahun yang lalu.
Dan nyut nyut nya itu bikin mau merem nggak nyaman dan bawaannya sedih pingin mewek.
Persis kayak momen dia pamit mau pergi ke negeri kincir angin. Mbrebes mili. Kayak mau pisah selamanya. Dududu..

Jadi pada intinya, tambalan sementara ini kayak pelarian ke kamu setelah dia pergi dengan yang lain ninggalin aku (ternyata dulu itu pertanda) swiiiing..

Dan pada akhirnya, tambalan itu diganti dengan yang permanen oleh Tuhan lewat tangan dokter dan insya Allah selamanya terjamin untuk menghilangkan rasa sakit sekaligus penguat kita, aku dan kamu.
Ya meskipun pada awalnya harus penuh perjuangan, melewati rasa sakit yang luar biasa dan outcome materi yang menguras tabungan. Hahahaha~ aseek~
*ngelantur kemana-mana* *gagal fokus*

Minggu, 14 Desember 2014

Masha and The Bear

Hampir setiap hari di setiap pergantian waktu, si Alpi main ke rumah. Sore kali ini tiba-tiba saja dia di depan pintu sambil garuk-garuk kaki, "gatel gatel." Eh rupanya dia digigit nyamuk di kebon. Haha. Wajahnya melas tapi lucu, sontak saja aku tertawa hahaha.
Beberapa menit kemudian dia berujar, "Masha.. Masha.." Eh ternyata ada acara Masha and The Bear, kartun kesukaanya. Diam tak bergeming. Asyik sendiri dengan Masha di televisi.
Pantesan, dia dipanggilin berkali-kali diem tak bergerak gitu. Matanya menatap sejurus ke arah kartun bocah yang berkerudung merah berteman beruang.

Dan, well. Usut punya usut. Kata si emaknya Alpi, ternyata sama bapaknya, si Alpi nggak diperbolehkan nonton itu kartun. Alasannya karena itu kartun nggak mendidik. Si Masha anaknya bandel banget dan susah dibilangin. Kalau kata emaknya Alpi, "Pantas dia nggak punya teman. Nakal begitu."

Berhubung saya di sini ada di pihak netral dengan posisi belum menikah dan punya anak serta penikmat kartun juga. Honestly, kasihan si Alpi mah, di televisi nggak ada acara televisi kartun yang menghibur sekaligus mendidik kayak jaman kecil dulu. Kalau dulu ada The Power Puff Girls yang ceritanya ada 3 gadis cilik pemberani pembela kebenaran. Lalu ada Astroboy, pahlawan kebaikan. Terus ada Sailormoon yang tema ceritanya hampir mirip tentang pembela kebenaran. Sedangkan sekarang? Minim film kartun yang mendidik. Dan jalan ceritanya nggak jelas.
Tapi di lain sisi, kalau si bapak Alpi bisa melihat dari sisi positifnya sedikit aja, Masha and The Bear juga ada pelajarannya loh, Pak!
Pertama, mengajarkan anak untuk berani menghadapi sesuatu dan tampil percaya diri di depan umum.
Kedua, rasa keingintahuannya yang besar membuat dia berani mencoba sesuatu meski pada akhirnya itu kurang tepat. Tapi yang terpenting keberanian untuk mencoba dan nggak takut salah.
Dan ketiga, Masha itu setia kawan. Setia kawan berteman dengan beruang. *Atau karena dia nggak punya teman karena bandel?"

Oh bapak Alpi dan orangtua di luar sana, saya hanya ingin berujar, "Usia-usia anak seumuran Alpi, dua tahun lebih gitu biasanya sedang aktif-aktifnya bergerak kesana kemari dan rasa penasarannya besar akan sesuatu yang ada di sekitarnya serta cenderung semakin dilarang -jangan!- -nggak boleh!- apalagi sampai mimik wajah kita berubah marah atau khawatir, dia semakin nekat melakukan hal yang dilarang tersebut. Bahkan dia melakukannya tanpa sepengetahuan orangtuanya."

** ps : gegara sering merhatiin tingkah polah si Alpi tiap main ke kontrakan nih. Dia sukanya mainin tombol on off nya kipas angin gitu. Kalau ketahuan sama emaknya, dia dimarahin dan kadang dipukul tangannya karena dibilangin bandel. Eh bukannya malah bikin dia jera. Tapi malah menjadi-jadi bahkan saat si emaknya lagi tak bersamanya. Duh duh.
Pernah juga, saking aktifnya si Alpi naik-naik motor. Dan saking paniknya saya takut dia tertimpa itu motor. Mimik wajah saya berubah khawatir luar biasa. Eh malah dia ketawa-ketiwi sambil berucap, "Siappp, bos!" aaaaack, bener-bener gemes sama nih bocah.*

*Yah lumayan, berkat tetanggaan sama sepasang suami istri yang beranakkan satu bisa buat belajar jadi ibu yang bijak kokokoko*

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...