Rabu, 25 Mei 2011

Dosenku baik sekali :D


 Dosenku baik sekali
Sabtu, 22 Januari 2010 pukul 17.00

Sabtu. Bagi kebanyakan orang yang beranjak dewasa atau orang dewasa sekalipun adalah hari dimana saatnya para pasangan pergi keluar untuk malam mingguan. Tapi hal ini tidak berlaku padaku. Karena hingga umurku hampir genap 22 tahun, aku masih betah sendiri. Dan sendiri pun aku memiliki kebebasan yang tiada terkira (YEAY). Bebas berjalan kemana saja, dengan siapa saja dan melakukan apapun yang aku suka. Yeah! I’m single and very happy.
Sabtu pagi ini, Sabtu yang mendung, aku ada janji untuk bertemu dosen pembimbing skripsiku yang ganteng (wkwkwk :p). Ya! Dia benar-benar ganteng dan sosok pembimbing yang perhatian terhadap mahasiswanya (Benar-benar syukur Alhamdulillah J). Dua puluh menit menanti kehadirannya membuat keringat dingin menetes perlahan di sekujur tubuhku (agak lebai sih, tapi This is fact!). Hingga akhirnya, tiba giliranku untuk memasuki ruangan yang berukuran sedang itu. Bismillahirahmanirrahim. Ku ketuk pintu perlahan dan sesudah dipersilakan duduk, aku duduk di hadapan bapak yang saat itu mengenakan kemeja coklat garis-garis.
Setelah dipersilakan berbicara. Aku mulai menceritakan apa yang aku dapat selama seminggu kemarin. Dan terjadi tanya jawab yang seru. Hingga akhirnya, sang dosen berkata bahwa aku diharuskan untuk live in di Bantul selama satu bulan. Jegler!!!! Jujur aku kaget sekali. Ini seperti vonis penyakit untuk kedua kalinya yang ku alami 6 bulan yang lalu. Penelitian itu harus 100% total. ALL OUT. Hah… setelah sebulan tinggal bersama mereka, aku disuruh menceritakan apa yang kuperoleh di sana. Huhuhuuu.. dan beliau berkata bahwa kakak angakatanku pun juga melakukan hal demikian. Dan tak kupungkiri, kakak tersebut kini berhasil dan jadi perempuan mandiri.
Keluar dari ruangan, aku berpikir keras dan keras hingga otakku tak mampu menjangkaunya. Hingga aku tersadar. Apa yang dosenku katakan benar adanya. Aku harus mandiri dan tak bergantung dengan orang lain atau orang tua. Karena jika aku sudah bekerja nanti, semua sendiri, mandiri, dan tanpa bantuan orangtua. Ya! Selama ini memang aku tak pernah jauh dari orangtua, melakukan apapun dilarang, harus ijin dulu dan mungkin alasan ini yang bapak berkacamata itu pikirkan. AKU HARUS MANDIRI! Jujur, semua yang dosenku katakan benar. Masa depan sudah menanti di depan. Dewasa adalah pilihan. Dan aku memilih untuk menjadi dewasa dan mandiri. Masa depan begitu penuh persaingan ‘sengit’. Siap gak siap ya harus siap. HARUS di PERSIAPKAN DARI SEKARANG. J


Sabtu, 21 Mei 2011

“nduk, mbok kamu cari pacar sana.” (hihihihi :D)

22 November 2010
Di suatu sore yang cerah ditemani langit biru bertabur awan putih, aku bersiap-siap untuk mencuci baju yang sudah menumpuk menyerupai gunung merbabu ini di keranjang baju kotorku. Memang sengaja hari Sabtu adalah jadwalku untuk mencuci baju karena Sabtu adalah malam minggu (Haha! Padahal juga nggak ngaruh sih sebenernya. Sapa juga yang mau kencan. Nobody. Hehehe) maka dari itulah, untuk menyibukkan diri daripada kesepian lebih baik berkucek-kucek ria. Ku keluarkan semua baju kotor itu (Lumayan banyak ternyata, hihi), lalu kupindahkan ke dalam ember yang berisi air untuk membasahinya, setelah semua elemen baju itu basah, kupindahkan mereka semua ke dalam ember yang berisi sabun cuci yang sudah berbusa. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik sebaiknya direndam dulu selama 30 menit, begitulah pesan dari sabun cuci yang kupakai. Yayaya. Masuk akal juga kok. Hehe.
Setelah 30 menit kemudian baju tersebut direndam, aku sudah siap bertempur melawan kotoran-kotoran  membandel  yang menempel di pakaianku (Haha, lebay kayak mau perang aja ;p). Semua peralatan pun sudah siap (pistol, tombak, pisau. Loh? Mau perang atau nyuci?), dimulailah acara kucek mengkucek di siang bolong itu. Satu persatu baju ku kucek dengan sekuat tenaga agar kotoran lekas pergi dari pakaianku.
Ketika aku telah menyelesaikan 5 buah baju. Tiba-tiba suara Ibu dari luar kamar mandi mengagetkanku. “nduk, mbok kamu cari pacar sana.”
Glodak! Jderrrr! “hahahahaha.” Aku tertawa terbahak-bahak hingga gulung-gulung mendengar Ibu berkata seperti itu. Lalu kujawab, “aku nggak mau punya pacar kok. Maunya langsung suami.” Sambil terkikik geli menahan ketawa.
“lha iya nduk, cari pacar yang serius buat suami nanti.” Tegas Ibu sambil mencuci bayam yang akan dimasak.
Aku berpikir dan diam sejenak. “emang kenapa tho, buk, kok aku disuruh cari pacar?” tanyaku heran dan kuhentikan sejenak acara cuci mencuci siang itu.
“ya gak papa. Biar kamu jadi dewasa.” Begitu jawaban ibu sambil berlalu ke dapur.
“emang kalo udah punya pacar jadi dewasa gitu ya?” aku benar-benar tak mengerti dengan jawaban Ibu. Emang iya ya kalo udah punya pacar terus jadi dewasa? Hmm. Umurku sekarang sudah 21 tahun. Dan selama 21 tahun itu aku belum pernah sama sekali yang namanya pacaran. Dijemput laki-laki ke rumah buat jalan-jalan pun belum pernah. Laki-laki main ke rumah pun belum pernah ada. Apa itu yang namanya kekhawatiran orang tua terhadap anak gadisnya yang selalu sendiri tanpa yang namanya pacar? Sepertinya begitu, karena asal kalian tahu, pernyataan yang keluar dari mulut Ibuku itu bukan untuk yang pertama kalinya dalam hidupku, namun udah kesekian kalinya hingga aku lupa untuk menghitungnya.
Beberapa menit kemudian. Ibu kembali membuka percakapan. “ya secara gak langsung kamu jadi dewasa dalam bertindak dan bersikap.” Ucap Ibu sambil tersenyum.
Suara gemercik air yang mengalir dari kran menemani obrolan kami siang itu antara seorang gadis dengan Ibunya. Burung perkutut dalam sangkar pun ikut berceloteh dengan riangnya. Mungkin dia ingin nimbrung juga dengan obrolan kami yang seru itu.
“gak segampang itu Buk cari pacar.” Jawabku serius. Aku tak tahu pasti, kenapa sampai sekarang aku masih betah sendiri tanpa seorang kekasih, sedangkan teman-temanku kebanyakan sudah pada punya pacar atau minimal gebetan lah. Hmm. Apa aku sudah terlalu menikmati kesendirianku dengan ditemani sahabat-sahabat yang baik dan perhatian padaku? Atau aku terlalu pemilih sehingga setiap ada laki-laki yang mendekat selalu ku jauhi dan ku patok dengan tipe harus sempurna? Hmm. Enggak juga sih. Dari pepatah yang pernah kubaca dari sebuah buku motivasi menyatakan bahwa ‘justru karena tak sempurna itu maka kita menjadikannya menjadi sempurna dengan kelebihan dan kekurangannya’.
Terkadang aku juga ngerasa takut untuk melepas kesendirianku ini bersama laki-laki sebut saja pacar  itu. Nanti kebahagiaanku akan terkekang. Kebebasanku akan berkurang bahkan tak ada dan aku sangat tak rela jika sudah terlanjur pacaran dengan seseorang eh ternyata di tengah jalan harus putus karena alasan klise seperti ‘kita udah gak cocok lagi’, ‘aku gak sempurna buat kamu’, ‘kita beda pandangan’, atau ‘orangtua tak merestui hubungan kita’, dan bla bla bla banyak sekali alasan itu. Ketakutan-ketakutan itu terkadang muncul ketika ada seorang laki-laki yang berusaha mencuri hatiku.
Hingga pernah suatu hari aku merasa sangat kesal sekali dengan mantan pacar temanku. Hanya gara-gara tak direstui oleh orangtuanya, temanku itu diputuskan begitu saja. Kenapa tak ada usaha untuk mempertahankan hubungan mereka dan membicarakannya baik-baik dengan orangtua? Kenapa harus menyerah? Mereka putus pun dengan cara aneh. Apa itu yang namanya cinta? Melepaskannya begitu saja.
“haaaahh” aku menghela nafas panjang. Dan seketika itu juga lamunanku buyar karena Ibu menepuk pundakku.
“cobalah buka sedikit hatimu. Kalo ada laki-laki yang ngedeketin kamu jangan takut. Kalian kan bisa berteman dulu. Penjajakan lah istilahnya. Gak harus langsung pacaran kan?” Ucap Ibu sambil berlalu masuk ke dalam rumah. Memang benar kata Ibuku itu, aku terlalu takut sekali dan kadang tak merespon bila ada laki-laki yang mendekatiku. Membangun benteng pertahanan, itulah istilah yang selalu kugunakan jika ada seorang laki-laki yang berusaha mendekat. Dan bila ada laki-laki yang mencoba mendekat, lalu kupasang wajah jutek, dia langsung kabur ngacir, haha! Yes berhasil! ;p. Tak tau kenapa, sulit sekali rasanya untuk membuka hati seperti lagunya Armada “buka hatimu. Bukalah sedikit untukku. Sehingga diriku bisa memilikimu”.
Hmm.. Aku tak ingin salah dalam memilih seorang laki-laki yang akan menjadi pendamping hidupku dan imam dalam keluarga yang akan dibangun kelak suatu hari nanti. Karena aku sudah berprinsip, pacar pertama akan menjadi pacar terakhir dalam hidupku alias suamiku kelak. Maka dari itu, aku tak ingin main-main dalam memutuskan pilihan yang cukup sulit ini. Aku juga sadar dan tak dapat dipungkiri pula bahwa di dunia ini gak ada yang namanya manusia sempurna. Pasti ada kekurangan yang dimiliki dan kelebihan yang melengkapinya. Benar-benar aku belum sanggup untuk membuka hatiku untuk saat ini. Seluruh hatiku hanya untuk skripsiku tercinta dulu.
Pernah suatu ketika terbersit dipikiranku bahwa aku belum pantas dan layak untuk menjadi seorang istri dari laki-laki yang baik. Mengapa? Karena aku masih jauh dari yang namanya ‘baik’. Terkadang masih labil, kekanak-kanakan, tak dewasa, dan masih banyak lagi kekuranganku itu. Jika pikiran itu muncul, sesegera mungkin aku tepis karena aku selalu berpikir “masih ada waktu untuk bisa belajar menjadi lebih baik, instropeksi dan memperbaiki diri serta mempersiapkan lahir dan batin untuk menjadi istri yang sholehah.” Semoga seiring berjalannya waktu, aku bisa membuka pintu hatiku (ahihihihii.. )

Unforgettable moment.. (hahaha! Geli kalo mengingatnya)

Pukul 08.58.47 tanggal 18 November 2010, handphoneku berdering tanda sms masuk. Kubuka dengan semangat karena pagi-pagi jarang sekali ada yang sms.
Opening message, setelah terbuka ternyata pengirimnya no baru. Dia memberi salam dan memperkenalkan dirinya bernama P**** (silakan menebak!) dan dia berkata bahwa dia sodara salah satu teman saya yang bernama **d**n. Jujur aku sontak kaget. Gak ada hujan gak ada panas, teman saya **d**n yg notabene kami belum pernah bertemu sama sekali (never) dan hanya berkomunikasi lewat jejaring sosial sebut saja FB dan YM ini, tiba-tiba saja sodaranya sms “0”?. Dan diakhir sms, si P**** tadi menanyakan apakah nanti sore jam ½ 4 ada acara apa gak. (Haha, tiba-tiba aja muncul versi ge-er: hatiku senang lalalala mungkin si **d**n ingin ketemuan denganku. Hahaha. Tapi karna malu jadi dia menyuruh sodaranya untuk sms aku. LOL. haha). Namun di versi nyata, gak mungkin si **d**n minta ketemuan KOK pake nyuruh sodaranya -,-a, lagipula kami udah jaraaaaaang banget komunikasi lagi! Ku ingat lagi, terakhir kali kami wall-wall-an di FB awal November ini. Hemmm, aku mencium kejanggalan dari isi sms yang P**** kirim dan untung saja aku tidak langsung memenuhi permintaannya. Hingga terakhir ku balas sms P**** dengan penegasan, “emang ada acara apa ya jam ½ 4 nanti?” dan dia tidak membalasnya.
19 November 2010. Kira-kira jam 2 siang ketika aku sedang meregangkan tubuh setelah duduk seharian, ada sms masuk dengan no baru. Setelah ku tanya dia siapa. Ternyata dia adalah P**** (lagi). Oh God! Versi ge-er ku pun berkelebat (lagi) begitu saja, ngalir gitu, haha!. Namun, semua itu sirna ketika si P**** menawariku dengan embel-embel kata PARTTIME (Haha.. jelas aku langsung ‘rada’ tertarik karna aku sedang suka kata itu! I need it so! Happp! ;p). Aku baca sekali lagi secara mendalam isi sms si P**** tadi dengan sudah tidak berpikiran dengan versi ge-erku, hihi. Hmm.
Ada beberapa kalimat di sms yang membuat aku janggal. Kalimat pertama, “Teman si P**** sedang ada PROYEK dengan mahasiswa SEJOGJA.” (Hmm, proyek dosen sih percaya. Lha ini?!?! kenal wae belom =,=). Kalimat ke2, “PARTIME dengan gaji 1juta hingga 3juta perbulan” (Beuhh! Langsung ngiler ngebaca gaji segitu $_$, maklum mahasiswa, hoho!). Tapi segera aku tepis pikiran tentang tawaran yang menggiurkan itu. Pasalnya, dulu banget beberapa tahun yang lalu, aku pernah ngebaca lowongan dari salah satu Koran lokal yang menawarkan PARTTIME serupa, namun setelah dikonfirm TERNYATA kita harus bergabung dengan MLM (****s i)! Argghh! Apa-apaan itu -______-“
Kembali lagi ke isi sms si P**** tadi..
Setelah ku baca kalimat terakhir, “Kita nanti ada PRESENTASI JOBnya. Diharapkan kehadirannya siapa tau ada potensi dan minat yang bisa disalurkan.” (begitu kira-kira garis besarnya). WOW! Kayaknya OKE tuh partimenya, pikirku dengan tak menghiraukan kata Ibuk bahwa itu sudah jelas-jelas MLM! (Haha, maklum Buk, penasaran dengan kalimat terakhir sms itu sekaligus versi ge-erku menari-nari lagi dan lagi di otakku, hehehe). Hmm. Hmm. Akhirnya ku terima tawaran si mbak tadi hingga ada kesepakatan untuk bertemu di daerah Kridosono.
Pukul ½ 5 kurang, aku sampai di tempat kami akan bertemu setelah putar-putar mengelilingi Kridosono karena si mbak tak ada dan jujur takut diculik, hehe!.
Jreeeeeng! Deng, deeeng..! Daaaan, aku tertegun kaget. (Bujubune! Si Mbak P**** dandanannya “cantik” sekali dan busananya benar-benar rapi, high heel, berkemeja dan rok. Sedangkan aku? Haha.. berkaos biru sangat santai dengan tas ransel coklatku bergelayut di pundak, fiuuh). Akhirnya kami pun berhenti di sebuah Salon yang ada di sekitar Kridosono (Coba tebak nama salonnya apa? Hihi ;p). (Heih? Jangan-jangan partime jaga salon? Jadi kapster? Jadi kasir? Atau cleaning service?) Banyak sekali pertanyaan yang muncul di benakku setelah tau lokasinya. Dan ku lihat di sekitar, orang-orang yang memarkir motornya kok kebanyakan berbusana seperti si mbak P**** ini ya. Semakin penasaran saja.
Tap.. Tap.. Tap.. Langkah kaki si mbak ini ternyata menuju lantai 2. (Huffff sukurlah. Hihihi. Segera ku remove pertanyaan yang banyak tadi). Setelah sampai di lantai 2. Aku KAGET setengah mati!! Bayangkan! Semua orang yang berada di situ berbusana rapi, kemeja, high heel, dandan, dan necis man! Look at me! Oh No! So freak they think! (Untuuung sengaja pake sepatu, kalo sandal jepit? Oh..! >.<). Seperti ada feeling, ku sempatkan mataku untuk melirik ke arah meja panitia, ada kertas bertuliskan “HTM 5Ribu”. (Matiiii aku! Bawa uang Cuma 5ribu. Bayar parkir di bawah seribu. Di dompet tinggal 4ribu. Duuhh @_@).
Si mbak mengagetkanku dan bertanya, “Ada uang 5ribu?”.
Dan kujawab, “Udah kepake parkir di bawah seribu, sekarang tinggal 4ribu, gimana mbak?” Dengan wajah polos tak berdosa.
Si mbak berpikir sejenak. Hitungan detik. 1.. 2.. 3.. dorrr!!
“Oh yaudah masuk aja gak papa. Aku panitianya kok”
Alhamdulillah, hihihiii. Ku langkahkan kaki perlahan-lahan menuju ruangan yang dipenuhi manusia ‘aneh’ itu. (Ku sebut aneh karna mereka benar-benar berbeda dengan diriku saat itu. Hoo). Memasuki ruangan, semua mata tertuju padaku dengan tatapan beraneka ragam. (Astaga! Jangan-jangan yang aneh aku? Haha, bodohlah!) Akhirnya si mbak mengikutiku (legaaa :~~) dan kami pun duduk di barisan tengah dengan posisi aku duduk di tengah dan si mbak di pinggir.
Jujur dari dalam hati, aku merasakan aura-aura aneh di ruangan yang cukup besar itu. Bolehlah kalo ku katakan planet alien ^^v. Tapi untunglah, ada Si mas yang bisa dibilang cakep itu :”) menjadi moderator dalam acara yang katanya ‘presentasi job’ itu dengan sangat komunikatif sekali dalam mengisi acara sore itu dengan sesekali diselingi joke-joke yang membuat penonton tertawa dan membuat ‘tertarik’ (Dan lebih tepatnya saya menonton lawak. Wkwkwk). Mulai ke tengah acara, aura aneh itu muncul lagi ketika si mas cakep itu menerangkan mengenai PERUSAHAAN yang menjanjikan reward jalan-jalan ke LN lah, mobil mewah lah, kapal pesiar lah, villa besar lah, dan bla bla bla -___- yang ternyata adalah MLM ****s i!!!! HAHAHAHAHAHAAAA… aku menahan ketawa. Terperangkap sudah dalam planet alien, ToT. Take me out!! Aku menjerit dalam hati. Akhirnya jam ½ 6 aku pamit pada si mbak tapi bukan karna ingin melarikan diri lhoh, tapi harus jemput si adek. (YES! Selamatlah aku :D). Dari raut wajah si mbak terlihat jelas sekali kalo dia tidak ingin melepaskanku, wakwakwakwak :p YA JELASLAH!! >.<///////
Hufffff, legaaaa!!! Keluar sudah dari planet alien itu. Dan jujur, aku sangat kecewa sekali sama dia, teman dunia maya itu!! Semoga saja dia tak terperangkap dan kembali ke jalan yang benar J J hihihihiii.
Dapet pelajaran berharga : 1. Jangan langsung percaya sama ajakan orang yang belom sama sekali kita kenal, 2. Tegas untuk mengatakan kalo kita menolak, 3. Uang serep di tas buat jaga-jaga :p, 4. Berpikir realistis dan tidak boleh mengkhayal, haha..

                                                            ^)^

Sabtu, 14 Mei 2011

Ucuk

Ucuk : Bocah Luar Biasa dari Pangumbahan

Ucuk. Sebuah nama singkat yang mengandung makna, doa dan harapan dari orangtua untuk seorang anak tentunya. Ucuk adalah seorang anak laki-laki yang pendiam dan terkesan tertutup. Berbeda dengan teman-teman sebayanya yang begitu ceria dan periang.
Pertama kali mengenal dia, bocah berumur 9 tahun yang duduk di bangku sekolah dasar kelas 3 itu. Ketika aku menginjakkan kaki di sebuah desa pelosok yang kecil dan bisa dibilang jauh dari jangkauan. Daerah ini terletak di  Batu Namprak, Pangumbahan, Sukabumi. Daerahnya berada di ujung barat dan sangat dekat dengan sebuah pantai pangumbahan.
Pertama kali melihat sosok bocah laki-laki bertubuh kurus, dan berkulit sawo matang ini, ketika aku sedang bermain-main di Pantai Pangumbahan yang kala itu air laut sedang pasang pada pagi hari. Ku bermain dengan ombak dan ku sapu ranah sekitar pantai untuk melihat pemandangan sekitar. Dan, kutemukan sesosok bocah yang asyik sendiri dengan dunianya. Ku lihat dia berlarian riang di sekitarku, sambil sesekali melirikku dan seolah-olah dia ingin mengajakku berkenalan seperti orang dewasa pada umumnya. Sok-sok cari perhatian (si laki-laki), supaya dia bisa mendekati perempuan. Itulah tingkah bocah berkepala botak itu. Berlarian kecil mengelilingiku sembari mencari kepiting yang ada diantara pasir pantai.
Aku yang memang suka dengan dunia anak-anak. Bisa menangkap sinyal yang diberikan Ucuk padaku. Ku lihat dia asyik menangkap kepiting lalu memasukkannya ke dalam plastik bening. Setelah puas menangkap kepiting. Dia  berlari kecil dan mengitariku kembali untuk pindah sisi mencari kepiting lain. Benar-benar tingkah yang menarik perhatianku. Berulang-ulang dia lakukan itu hinggga aku pun memutuskan untuk mendekatinya terlebih dulu.
Aku berjalan ke arahnya dengan wajah tersenyum ramah. Karena bagiku, perasaan seorang anak kecil itu sangat peka terhadap orang dewasa di sekitarnya. Apakah kita tulus, baik atau berpura-pura baik bahkan berniat tak baik, mereka pun dapat merasakannya. Hal terpenting adalah gunakan dengan hati.
Setelah tak ada jarak diantara kami. Aku dekatkan wajahku ke arah dia untuk berbincang agar hubungan kami dapat lebih dekat.
Aku : “Lagi ngapain?” ucapku sambil memerhatikan dia yang asyik menangkap kepiting.
Mendengar sepenggal kalimat yang keluar dari mulutku. Dia berlari kecil menjauhiku. Ya! Beginilah sikap anak kecil. Tak perlu kau ambil hati hingga merasa sakit hati, namanya juga anak-anak. Ketika kita ingin lebih dekat dengannya. Mereka apatis terlebih dahulu dan tak mudah percaya dengan orang dewasa. Demikian halnya dengan Ucuk. Dia pun berlari menjauhiku sambil menatapku lekat. “Hei, aku bukan orang jahat yang ingin mencelakaimu, nak. Aku hanya ingin berteman denganmu. Lebih dekat denganmu dan kita dapat main bersama-sama di pantai ini,” harapku dengan sangat dalam hati sambil tersenyum padanya.
Jujur, aku sangat tertarik pada Ucuk. Melihatnya bermain sendiri di tepi pantai. Membuatku bertanya dalam hati. Kemana teman-temannya? Kenapa dia lebih memilih sendiri dan asyik dengan duniannya. Begitu pendiam. Terlihat murung, dan rendah hati. Sungguh membuatku penasaran dengan semua tentangnya. Dan, aku seperti ikut merasakan apa yang dia rasa dan mengerti apa yang dia rasakan hanya dengan melihat sorot matanya hingga jauh ke dalam.
Ditolak olehnya. Aku pun tak berhenti berharap untuk tetap ingin mengenalnya. Ku kejar dia hingga aku sejajar dengan bocah itu. Ku ulangi pertanyaan yang sama. Kali ini beruntunglah aku. Karena dia tak berlari namun hanya diam membisu dengan tetap asyik dengan hewan laut yang dia kumpulkan. Tak sepatah kata pun keluar dari nya. Aku tetap tersenyum dan kian memerhatikannya untuk menandakan bahwa aku serius ingin bermain bersamanya. Ku ulangi lagi hingga kesekian dengan pertanyaan yang berbeda.
Aku : “Nama kamu siapa?”
Dia menoleh, menatapku lekat, dan tersenyum, tanda dia sudah mulai membuka hatinya. Namun, senyuman saja yang tersungging dari bibirnya mungilnya. Kemudian dia asyik kembali dengan hewan-hewan laut hasil tangkapannya dan tak menghiraukan aku yang sedari tadi ada di sampingnya. Tak putus asa sampai di sini. Aku bersuara lagi.
Aku : “Lagi ngapain? Nama kamu siapa?”
Mendengar dan mengetahui aku yang tak pantang menyerah mendekatinya. Akhirnya dia pun membuka suara.
Ucuk : “Lagi nangkap kepiting, kak. Nama ku Ucuk. Nama kakak siapa?” dia balik bertanya padaku sambil tersenyum, pertanda dia mulai percaya padaku, perempuan muda yang baru dia kenalnya pagi itu. Aku benar-benar senang dan terharu. Dalam melakukan pendekatan dengan seorang anak. Memang harus sabar dan kreatif, terutama dalam cara bagaimana berkomunikasi. Ada anak yang langsung akrab, ada yang perlu berhari-hari bahkan berminggu-minggu untuk dapat dekat dengannya. Semua membutuhkan proses.
Pagi itu, matahari hampir nampak tinggi dari ufuk timur. Dan aku masih asyik bermain bersama Ucuk. Menangkap kepiting, keong, dan ikan yang terbawa arus pasang menuju tepi pantai. Sungguh senang sekali bermain dengan anak kecil. Bergumul dengan dunianya yang ceria. Mereka masih muda sekali. Seperti tak ada beban dalam hidupnya dan yang ada hanya menyenangkan diri sendiri dengan bermain, berlarian, dan tertawa.
Ketika aku di Pangumbahan, aku benar-benar seperti kembali menjadi bocah ingusan yang berlarian kesana kemari tanpa memedulikan ada apa dan kenapa di sekitarku. Yang ada hanya kata bermain, bersenang-senang, tertawa, dan berlarian di pantai. Menakjubkan sekali dunia anak itu.
Matahari pun akhirnya menampakkan diri dan keluar dari peraduan singgsananya. Air laut yang pasang pun kembali berlarian ke pantai lepas dengan riangnya. Aku dan Ucuk masih tetap saja menikmati indahnya pagi hari di tepi pantai sambil melepas hasil tangkapan yang Ucuk tangkap tadi. Dan aku berkata pada Ucuk, “Dilepas aja ya semuanya. Mereka lebih bahagia kalau dapat berenang dengan bebasnya di pantai. Kalo kita tangkap, mereka bisa mati. Kan kasian.” Akhirnya kami melepaskannya dengan perasaan bahagia.
Hari berikutnya di Pangumbahan. Ucuk selalu menungguku di Pangumbahan untuk bermain bersama. Dengan nya aku belajar banyak hal. Dari semangat memandang hidup meski banyak keterbatasan dalam hidup kita. Melakukan apapun yang kita sukai. Dan bebas,
Pada suatu pagi, ketika semua anak-anak Pangumbahan berkumpul di pantai dan bermain bersama. Ucuk terlihat sangat berbeda. Dia terlihat enggan dan malu untuk bergabung bermain bersama kami dan teman-teman sebayanya. Tapi akhirnya setelah dibujuk, akhirnya dia pun mau bermain bersama dengan kami. Tawa, canda, bahagia terpancar dari wajah mereka yang masih begitu polos. Termasuk bocah ini, Ucuk. Dia terlihat begitu menikmati dan senang sekali.
Hingga ada seorang aa’ penjual bakso ikan lewat. Kami memutuskan untuk beristirahat dan makan bakso ikan yang dijual perbiji 500 itu. Semua antusias mengantri untuk mendapatkan bakso itu. Ku cari sosok Ucuk diantara kerumunan bocah-bocah itu. Namun tak ada. Ternyata dia berada jauh di belakang kami sambil memainkan pasir dan berwajah melas. Ku dekati dia dan aku mengerti tanpa bertanya padanya mengapa dia tak minat dengan bakso yang ditusuk itu. Akhirnya kami pun membelikan bakso ikan itu untuk Ucuk. Dan menyerahkannya pada Ucuk. Tapi apa yang terjadi. Dia enggan menerima bakso ikan itu. Sampai kami memaksanya untuk dapat menerima bakso ikan itu. Cukup lama untuk meyakinkan Ucuk bahwa kami senang bisa membelikan bakso ikan itu untuknya. Dan akhirnya dia pun mau menerima bakso ikan itu dengan diiringi tangisan. Ucuk menangis sesenggukan sambil menerima bakso ikan yang mungkin bagi dia dan keluarganya merupakan hal mewah. Setelah bakso ikan itu ada di tangannya, dia tidak langsung memakannya dengan lahap namun menatapnya lama sambil terus menangis seperti sayang untuk memakannya.
Hingga pada akhirnya dia berlari ke arah rumahnya yang sangat sederhana sekali. Rumah kecil yang terbuat dari anyaman bambu yang sudah rusak dan memiliki jendela namun tertutupkan kain. Atapnya pun terbuat dari seng yang dilapisi kain-kain penahan agar air hujan tak membasahi penghuni gubuk itu. Tembok bagian atas yang mengelilingi rumah Ucuk pun bolong menganga lebar. Apa yang mereka rasakan ketika malam hari ya? Apalagi rumah mereka berada di tepi pantai. Dingin menusuk kulit pastinya. Benar-benar sedih sekali mengetahui keadaan Ucuk yang notabene dia juga termasuk saudara kita.
Sangat sedih sekali jika mengingat kejadian bakso ikan itu. Aku bisa mengerti perasaan Ucuk. Ketika kita ingin memiliki sesuatu dan memiliki keinginan tapi karena tak cukup bahkan tak ada materi yang dimiliki maka kita hanya bisa menelan ludah dan mengubur dalam-dalam semua keinginan itu. begitulah dengan Ucuk, bocah cerdas dan pintar dari Pangumbahan. Sangat nyata sekali pengalaman ini. Di tengah hiruk pikuk mengenai kasus korupsi yang terjadi dimana-mana, perebutan kekuasaan antara elite politik hingga dana yang notabene ada untuk kesejahteraan masyarakat pun menjadi bahan rebutan.
Sungguh ironis sekali kenyataan dengan yang terjadi di alam nyata. Sangat disayangkan jika ada bocah secerdas dan sepintar Ucuk harus berhenti sekolah karena tidak memiliki biaya. Dimana uang negara yang jumlahnya bermilyaran rupiah itu? Dimana hati nurani para penguasa negeri ini? Asal kita ketahui, Ucuk dan bocah-bocah lain yang bernasib sama merupakan asset berharga yang dimiliki negeri ini. Mereka juga memiliki hak yang sama untuk mengenyam pendidikan di negeri ini meski dengan keterbatasan materi yang mereka miliki. Mereka sama pandai dengan anak-anak kalian, bahkan tak munafik bahwa mereka lebih pandai namun hanya karena tentang uang, mereka tak mampu bersekolah dan menerima ilmu dari guru. Sangat disayangkan, sungguh ironi.
Hei para penguasa singgasana megah nan elok di sana. Para kaum atas yang memiliki hati. Pernahkah kalian sedikit peduli dengan kaum papa yang ada di sekitar kita? Yang memerlukan pertolongan, yang membutuhkan uluran tangan kalian hanya sekedar untuk menyambung hidup. Mari kita renungkan keadaan anak bangsa yang kian memprihatinkan ini. Ucuk hanyalah salah satu contoh dari segelintir bocah yang ada di negeri kita nan kaya, subur, dan makmur ini yang kurang beruntung dalam hal pendidikan. =)

Senin, 09 Mei 2011

Selamat Ulang Tahun Ibuku sayang. Muah. Muah. =)


Hari ini tgl 9 Mei ibuku ulang tahun yang ke 53 tahun. Cukup tua pikirku. Hehe. Dan aku sadar belum dapat membahagiakan Ibu. Selamat ulang tahun ya ibuku sayang. Semoga bertambahnya umur dan berkurangnya usia, Ibu semakin sabar menghadapi kami [aku, dan ke-2 adikku] yang bermacam-macam karakter dan sifat kami, serta sabar menghadapi bapak. Sehat selalu. Umur panjang. Lancar rejeki. Dan bertambah dekat dengan Allah. Amin ya Allah. Aku berdoa kepada Allah, ya Allah lindungilah Ibuku dimana pun dia berada dari marabahaya, orang jahat, dan segala sesuatu yang mengancam diri Ibu. Sayangi selalu Ibuku. Bahagiakan Ibu. Dan maafkanlah anakmu ini yang belum bisa membahagiakanmu. Huhuks. Tapi aku akan berubah menjadi perempuan tangguh dan kuat seperti Ibu. Yang tahan banting dan selalu sabar, kuat, tegar dalam menghadapi kerasnya hidup ini. Terimakasih Ibu sudah menemaniku selama ini. Doaku agar Ibu berumur panjang, selalu sehat, agar bisa menemani kami hingga kakek nenek bersama bapak. Dan melihat kami menjadi orang sukses dan bahagia seperti doa Ibu dan Bapak kepadaku dan ke-2 adikku. Aku akan segera lulus! Amin ya Allah.
“Ya Allah ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku. Dan sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku sewaktu kecil. Amin.” Doa yang selalu aku lantunkan setelah sholat.
Selamat Ulang Tahun Ibuku sayang. Tersenyumlah selalu walau badai menghadang. Karena senyum, bahagiamu, tawa serta motivasimu yang membuatku dapat kuat bertahan hingga detik ini. Terimakasih. I Love You Ibuk :*
Happy birthday Ibuk

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...