Minggu, 14 Desember 2014

Masha and The Bear

Hampir setiap hari di setiap pergantian waktu, si Alpi main ke rumah. Sore kali ini tiba-tiba saja dia di depan pintu sambil garuk-garuk kaki, "gatel gatel." Eh rupanya dia digigit nyamuk di kebon. Haha. Wajahnya melas tapi lucu, sontak saja aku tertawa hahaha.
Beberapa menit kemudian dia berujar, "Masha.. Masha.." Eh ternyata ada acara Masha and The Bear, kartun kesukaanya. Diam tak bergeming. Asyik sendiri dengan Masha di televisi.
Pantesan, dia dipanggilin berkali-kali diem tak bergerak gitu. Matanya menatap sejurus ke arah kartun bocah yang berkerudung merah berteman beruang.

Dan, well. Usut punya usut. Kata si emaknya Alpi, ternyata sama bapaknya, si Alpi nggak diperbolehkan nonton itu kartun. Alasannya karena itu kartun nggak mendidik. Si Masha anaknya bandel banget dan susah dibilangin. Kalau kata emaknya Alpi, "Pantas dia nggak punya teman. Nakal begitu."

Berhubung saya di sini ada di pihak netral dengan posisi belum menikah dan punya anak serta penikmat kartun juga. Honestly, kasihan si Alpi mah, di televisi nggak ada acara televisi kartun yang menghibur sekaligus mendidik kayak jaman kecil dulu. Kalau dulu ada The Power Puff Girls yang ceritanya ada 3 gadis cilik pemberani pembela kebenaran. Lalu ada Astroboy, pahlawan kebaikan. Terus ada Sailormoon yang tema ceritanya hampir mirip tentang pembela kebenaran. Sedangkan sekarang? Minim film kartun yang mendidik. Dan jalan ceritanya nggak jelas.
Tapi di lain sisi, kalau si bapak Alpi bisa melihat dari sisi positifnya sedikit aja, Masha and The Bear juga ada pelajarannya loh, Pak!
Pertama, mengajarkan anak untuk berani menghadapi sesuatu dan tampil percaya diri di depan umum.
Kedua, rasa keingintahuannya yang besar membuat dia berani mencoba sesuatu meski pada akhirnya itu kurang tepat. Tapi yang terpenting keberanian untuk mencoba dan nggak takut salah.
Dan ketiga, Masha itu setia kawan. Setia kawan berteman dengan beruang. *Atau karena dia nggak punya teman karena bandel?"

Oh bapak Alpi dan orangtua di luar sana, saya hanya ingin berujar, "Usia-usia anak seumuran Alpi, dua tahun lebih gitu biasanya sedang aktif-aktifnya bergerak kesana kemari dan rasa penasarannya besar akan sesuatu yang ada di sekitarnya serta cenderung semakin dilarang -jangan!- -nggak boleh!- apalagi sampai mimik wajah kita berubah marah atau khawatir, dia semakin nekat melakukan hal yang dilarang tersebut. Bahkan dia melakukannya tanpa sepengetahuan orangtuanya."

** ps : gegara sering merhatiin tingkah polah si Alpi tiap main ke kontrakan nih. Dia sukanya mainin tombol on off nya kipas angin gitu. Kalau ketahuan sama emaknya, dia dimarahin dan kadang dipukul tangannya karena dibilangin bandel. Eh bukannya malah bikin dia jera. Tapi malah menjadi-jadi bahkan saat si emaknya lagi tak bersamanya. Duh duh.
Pernah juga, saking aktifnya si Alpi naik-naik motor. Dan saking paniknya saya takut dia tertimpa itu motor. Mimik wajah saya berubah khawatir luar biasa. Eh malah dia ketawa-ketiwi sambil berucap, "Siappp, bos!" aaaaack, bener-bener gemes sama nih bocah.*

*Yah lumayan, berkat tetanggaan sama sepasang suami istri yang beranakkan satu bisa buat belajar jadi ibu yang bijak kokokoko*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Waiting for your comment, guys! Thankyou so much :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...