Kamis, 05 Februari 2015

Dear bapak ❤

Malam ini hujan dan mati lampu. Perpaduan yang tepat untuk sebuah perjalanan menuju alam mimpi. Tidur. Pun dua temanku sudah tertidur pulas. Sedangkan aku, masih gelebak gelebuk kanan kiri. Padahal seharian tadi full kegiatan sampai sore. Aku mah kenapa ini?
Hingga akhirnya adik perempuanku mengwasapku dengan ceritanya di tempat kerjanya yang baru. Tumben curhatnya panjang dan terlihat serius. Biasanya sepotong-sepotong terus ngilang ditinggal dia tidur. Dua kata kalo si adek terakhir ini bercerita, kocak dan lucu. Entahlah, setiap aku mendapat cerita tentang semua printilan di tempat kerja adikku ini, aku selalu tertawa riang. Padahal mungkin adikku di seberang sana sedang sebal dan jengkel dengan apa yang dialaminya hari ini.
Namun bagiku, cerita adikku selalu memiliki ruang tersendiri di hati. Selalu lucu terasa dan konyol.
Dan malam ini tumben sekali kami bercerita tentang bapak dari yang cerita cukup kami saja yang tahu dan sisi positif dari bapak. Bagi kami bapak itu unik dan lain daripada yang lain dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Because nobody's perfect, to be honest. Bapak meskipun bersikap begitu keras kepada kami anak-anaknya. Honestly, setelah aku merantau seperti ini. Nasehat-nasehatnya yang dulu ketika kami masih seatap begitu awkward dan memekakkan telinga. Kini sangat berguna. Dari hal kecil dalam rumah tangga seperti :
"Jadi anak wedhok (perempuan) harus rajin ngebersihin wc." dengan nada galak bapak. Honestly, dulu jijik banget kalo harus pegang sikat wc. Nah sekarang merantau? Masa iya mau nimbun sarang penyakit? Iyuh.
"Kalo rumah kotor disapu." Padahal juga udah disapu. Mungkin bapak pake kacamata yang ada sensor debu, setitik langsung terdeteksi.
"Itu mbok motornya dicuciin biar bersih. Diganti oli." Bapak emang pembersih, motornya aja selalu kinclong begitu. Ganti oli pun rutin. Byuh..
"Jadi anak wedhok harus bangun pagi. Perawan kok bangunnya siang." Kan itu hari libur, pak, saatnya mbangkong.
"Itu halaman depan dan belakang mbok disapu." Duh, pak, ada yang lain? Sebenernya ada benernya juga bapak waktu dulu ngajarin nyapu-nyapu karena kalo kotor kita sendiri yang malu pas ada tamu. Dan seenggaknya seneng rumah jadi bersih.
"Itu rumputnya udah panjang. Mbok dipotongi." Kyaaa, pak, nggak sempat. Hehe.. Bener juga lhoh kata bapak. Karena rumput yang panjang tempat bersarangnya eek kucing dan baunya astaga.
.
Itu baru sekelumit omelan-omelan bapak tentang rumah tangga -baru-rumah-tangga- belum tentang -kejamnya-kehidupan-.
Meskipun baru sekelumit, cara mengomelnya bapak berbanding terbalik dengan ibuk. Bedanya terletak pada mimik wajah dan intonansi suara. Bapak kalo ngomel mimik wajahnya bagai monster. Itu menakutkan dan kesannya jahat. Suaranya pun melengking. Tapi kalo ibuk, mimik wajah masih ada unsur snow whitenya, nenangin. Suaranya pun tegas tapi lembut.
.
Tapi biarpun bapak ku begitu, aku bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan karena bapak yang pengomel mengajarkanku banyak hal tentang rumah tangga untuk bekal merantau. Kebersihan pangkal sehat.
.
Tuhan, ijinkan aku untuk belajar berdamai dengan masa lalu. Mungkin waktu dulu maksud bapak baik dengan cara galaknya.
.
Thank you bapak ❤
Sehat sehat terus ya, pak, di rumah, karena kami masih butuh omelan-omelan dahsyat dari bapak.
I love you bapak ❤
I love you ibuk ❤
Sehat sehat terus ya, buk, di rumah, biar bisa ngimbangin omelan bapak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Waiting for your comment, guys! Thankyou so much :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...