Senin, 25 Agustus 2014

Hidup itu Mengisi Kita

Sepertinya aku terlalu berlebihan. Aku menangisimu. Menangisi kita. Menangisi kalian. Semua pecah. Tangisanku kali ini berbeda. Seperti mengisyaratkan bahwa kita harus berpisah. Perpisahan ini tak hanya sekedar sepuluh atau lima puluh kilo saja, tapi beratus-ratus kilo. Dan ini jauh! Jaraknya tak pendek! Tidak seperti jurusan Yogya Surabaya yang bisa ditempuh dengan perjalanan darat. Hiks.
Aku tak sanggup membayangkan bahkan melakoninya ketika Kamis datang menghampiriku. Ketika aku harus kembali ke kenyataan hidup bahwa separuh jiwaku telah dinanti banyak orang di desa itu. Di desa tempatku bertumbuh, berkembang dan belajar selama hampir setahun di September nanti. Dilema.
Tuhan, mengapa kau harus memberiku hari-hari terakhir yang begitu membahagiakan ini? Hari-hari yang begitu menguatkanku dari begitu banyak kejadian yang sempat merapuhkanku selama sebulan aku berada di Yogyakarta. Dan hari-hari yang begitu aku rindukan selama sepuluh bulan terakhir. Kebersamaan. Kebersahajaan. Keceriaan dan ketulusan.
Tuhan, aku menangis lagi. Maafkan aku. Bukan maksud hati aku menjadi lemah. Tapi ini terlalu indah untuk ditinggalkan. Ya! Meskipun aku telah berjanji pada diriku bahwa aku pergi untuk kembali secepatnya. Tapi kotak ini begitu membahagiakan.

Kae kae kae kae..
Aku selalu tertawa ketika kalian bersendau gurau di grup itu. Grup yang untuk minggu depan hanya dapat aku baca sebagai tulisan bukan sebagai kenyataan sebuah pertemuan.
Terimakasih. I love you..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Waiting for your comment, guys! Thankyou so much :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...