Kamis, 08 Januari 2015

Bah! Bah! Banggg

Sudah tiga orang yang komplen ketika aku berbicara menggunakan kata -bah- kepada mereka. Hehehe. Kesemuannya itu teman yang berasal dari Pulau Jawa yang notabene tidak terbiasa mendengar aku menggunakan kata -bah-.
Beberapa dari mereka ada yang komplen, "bah beh bah beh. Di Kaltim pakainya -kah- bukan -bah-." Lha yang mengalami siapa, sini atau situ? Haha. -kah- iya dan -bah- juga iya.
Pun ada yang komplen dikira manggil dia simbah, "bah atau mbah?"
Selain itu ada pula yang komplennya bawa-bawa daerah, "Kayak orang Sumatra aja pake bah."
.
Sebenarnya aku juga bingung, ya. Semenjak 17 bulan di sini di Kalimantan Timur. Ku rasakan diksi ketika berbicara menjadi lain dan semacam lucu. Maklum lah yaa, makanan baru gitu. Ya kayak, -bah-, itu salah satunya *yang lainnya nyusul*.
Pada awalnya, -bah- itu kupikir milik orang Medan aja. Horas, bah!
Eh ternyata orang Tarakan, Kalimantan Utara kalo berbicara sehari-hari pada pake akhiran atau sisipan -bah-.
Ya lumayan kaget pas November lalu ke Tarakan. Ya temen, ya anak-anak ngomongnya pake, -bah-. Misalnya nih ya, "Pinjem bonekanya bah ai." atau "Enggak gitu bah, say" dan logatnya itu lucu, meliuk-liuk dari rendah ke tinggi terus datar. Hihihi (silakan dipraktekkan sendiri ya).
Dan you know what, mereka yang kutemui itu kebanyakan orang Sulawesi Selatan dan bukan orang asli atau keturunan Sumatra bah.
Padahal kalau dilihat dari letak geografisnya nih ya, Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatra itu jauh. Ibarat kalau naik pesawat transitnya ke Jakarta dulu baru ke tkp. Apalagi dari Pulau Sulawesi. Jauh bingips!
.
Tapi ya apapun itu pada intinya,
"Dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung bah say." Eh..

Good nite ❤��

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Waiting for your comment, guys! Thankyou so much :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...