Seringkali terlihat
segerombolan semut mengerubungi sesuatu. Entah mengerubungi makanan, hewan lain
yang sudah mati atau potongan kuku sekali pun. Asal kita tahu, hal itu tak
dilakukannya seorang diri melainkan bergerombol bersama kawanan semut lainnya.
Bahasa orang Indonesia yaitu gotong royong.
Pernah suatu ketika di
sore hari yang cerah. Saya duduk di teras rumah untuk memotong kuku kaki dan
kuku tangan yang sudah panjang bak drakula (wew?!?!). Satu jari demi satu jari
saya potongi satu persatu. Dan ketika hendak memotong kuku jari terakhir (jari
kelingking), tiba-tiba saja ada seorang semut datang menghampiri kuku-kuku jari
maupun kaki saya yang berserahkan di lantai. Kalau saya perhatikan, sepertinya dia
sedang mengendus-endus potongan jari-jari tersebut (sebegitu baukah kaki saya?
Hihihi), sebelum akhirnya mereka memanggil kawan-kawannya dan mengangkutnya.
Setelah selesai melakukan pengendusan. Si semut yang seorang diri tadi,
tiba-tiba saja menghilang entah kemana (buset dah! Masih keturunan jin kali ya).
Dan beberapa menit kemudian, satu gerombolan semut pun datang dengan berbondong-bondong
seraya menuju ‘kota kuku’ itu.
Manajemen organisasi
dalam dunia persemutan pun benar-benar oke. Pasalnya dari banyaknya semut yang
berada di TKP (gak sempet ngitung). Mereka dibagi menjadi beberapa kelompok
yang terdiri dari tiga sampai dengan empat semut dengan karakter dan fisik yang
berbeda-beda itu. Dari semut kecil hingga semut sedang dan semut besar. Dan
setelah pembagian kelompok selesai. Para semut pun mulai menjalankan tugasnya
masing-masing bersama tim yang sudah dibentuk, dengan komunikasi ala bahasa
semut tentunya.
Beberapa
menit kemudian, nampak terlihat kelompok satu sudah berjalan dengan kuku berada
di atas tubuh semut yang kecil namun kuat itu. Keisengan saya pun tiba-tiba
muncul. Kuku yang siap diangkut oleh gerombolan semut saya pindah letaknya
menjadi jauh, hehehe. Tapi ternyata semut begitu cerdas booook! Eike kalah
cerdasnya sama semut, hihihi. Kuku yang jaraknya menjadi jauh pun mereka
tinggalkan dan mereka menghampiri kuku yang lebih dekat dahulu. Dan berangkat!
Meskipun perlahan, tapi mereka pasti. Alon-alon
waton kelakon seperti pepatah Jawa itu. Pelan-pelan yang penting pasti dan selamat dengan tujuan yang sudah
ditetapkan.
Sebenarnya
banyak sekali pelajaran yang dapat diambil dari si guru kecil kita ini.
Dari makna gotong royong, kebersamaan, manajemen organisasi dan
pentingnya komunikasi. Dari semut yang notabene ukuran tubuhnya jauh
berlipat-lipat lebih kecil dari manusia ini, setiap orang bebas
mengambil pelajaran dari sudut pandang manapun.
Demikian
kisah si gerombolan semut yang diamati dengan seksama dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya. Belajar itu tak melulu dari manusia saja lhoh! Dari hewan
pun kita dapat pelajaran ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Waiting for your comment, guys! Thankyou so much :)