Pernah
ngerasain galau setelah memilih pilihan A?
Pernah
ngerasain sedikit rasa penyesalan karena udah milih pilihan C?
Pernah
ngerasain 'beradu' sama hati kecil ketika sudah memutuskan untuk memilih B?
Setiap orang pasti pernah ngalamin hal galau
seperti di atas. Terkadang, pilihan yang datang pada kita membuat kita harus
berpikir keras dan berpikira jangka panjang sebelum memutuskan untuk memilih
salah satu opsi. Pilihan datang tak melulu mengenai pasangan hidup. Pilihan itu
bermacam-macam jenisnya. Seperti misalnya, memilih jurusan untuk melanjutkan
studi kita. Kalau boleh jujur, ada semacam rasa penyesalan yang singgah hingga
detik ini. Meskipun itu sudah 5 tahun lalu.
"Kenapa, dulu nggak jadi masuk
ke PG SLB?"
-Seneng
rasanya ngeliat temen yg masuk PG SLB. Dia yg masuk PG SLB karena ada aku, eh,
taunya aku malah nggak ambil. Dan niat awal memilih PG SLB karena aku ingin
mengabdi dan mengenal dunia mereka, eh, Tuhan memberikan pilihan lain-
"Kenapa aku malah pilih
AN?"
-Jujur,
kelas 3 SMA adalah masa rawan dan sulit untuk menentukan jurusan mana yg bakal
dipilih. Begitu pun aku. Nggak tau menahu mengenai jurusan AN. Maka dari itu,
penting yg namanya untuk tahu mengenai jurusan apa yg ingin kita ambil yg
sesuai dgn minat dan bakat kita-
"Kenapa, harus mempertimbangkan
masukan keluarga mengenai jurusan yang akan aku dipilih?"
-Keluarga
besar dan orang tua lebih menyarankan untuk memilih AN yg mana dengan
pertimbangan jangka panjang tentunya. Memang sih, sebenarnya semua keputusan
ada di tanganku. Dan aku yg masih begitu polos dan 'manut'nya, hanya tau bahwa
restu Allah SWT adalah restu orang tua. Dan mereka pun lebih tau daripada aku
yg masih anak bau kencur. Akhirnya, aku pun memilih mengambil AN. Dengan selalu
memanjatkan untuk ditunjukkan mana yg terbaik menurut-Nya-
"Kenapa juga, pada saat itu
harus ada 2 pilihan?"
-Mungkin
ini adalah suatu keberuntungan dan hasil usaha. Tak pernah terpikirkan sekali
pun kalau aku dapat diterima di 2 jurusan (PG SLB dan AN, red) di universitas
yg berbeda di waktu yg bersamaan. Yg semua merupakan pintu awal masa depanku
dimulai. Di satu sisi, hatiku yang terdalam seperti terpanggil dan ingin
mengenal lebih dekat dengan anak-anak berkebutuhan khusus. Di lain sisi, restu
Allah SWT adalah restu orang tua. Nggak mungkin kan orang tua menjerumuskan
anaknya? Dan aku percaya, bahwa pilihan orang tua itu insya Allah baik-
Pertanyaan 'kenapa' tersebut selalu terngiang
hingga detik ini. Semacam rasa penyesalan. Namun bukan itu. Aku hanya rindu
dengan ketulusan, kebersamaan, kebahagiaan yang sering aku lihat dan terpancar
dari wajah anak-anak berkebutuhan khusus itu. Dan aku lebih senang menyebutnya
anak-anak pelangi. Berwarna-warni dan menyejukkan setiap orang yang
memandangnya. Penuh dengan kejutan.
Sudahlah, tak baik merasa menyesal berkepanjangan.
Jalani saja apa yg sudah menjadi pilihan kita di awal. Insya Allah, dengan
usaha maksimal, berdoa, dan berserah diri. Kita akan menuai hasilnya.
Cintai
dengan sepenuh jiwa apa yg menjadi pilihanmu sekarang!
Bertanggungjawablah atas pilihan yg telah km pilih :)
Bertanggungjawablah atas pilihan yg telah km pilih :)
Di setiap pilihan yg kita ambil selalu ada sentuhan
dari Sang Khalik untuk menuntun dan mendampingi kita tanpa merasa lelah.